BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Memasuki milenium
baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan
Pembangunan
Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat.
Paradigma sehat
adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan
kesehatan yang
bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh
banyak faktor yang
bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada
peningkatan,
pemeliharaan dan perlindangan kesehatan. Secara makro paradigma
sehat berarti semua
sektor memberikan kontribusi positif bagi pengembangan
perilaku dan
lingkungan sehat, secara mikro berarti pembangunan kesehatan lebih
menekankan upaya
promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif
dan rehabilitatif.
Berdasarkan paradigma
sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana ada 3
pilar yang perlu mendapat
perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku
sehat dan pelayanan
kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku
sehat bentuk konkritnya
yaitu perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan
kesehatan. mencegah
risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit serta
berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.
Dalam mewujudkan visi
Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan misi pembangunan
yaitu menggerakkan
pembangunan nasional berwawasan kesehatan. mendorong
kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat. memelihara dan meningkatkan
pelayanan kesehatan
yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan
meningkatkan
kesehatan individu, keluarga dan masyaralat beserta lingkungannya.
Untuk melaksanakan
misi pembangunan kesehatan diperlukan promosi kesehatan,
hal ini disebabkan
program promosi kesehatan berorientasi pada proses
pemberdayaan
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat, melalui
peningkatan, pemeliharaan
dan perlindungan kesehatannya. Hal ini sesuai dengan
yang ditekankan dalam
paradigma sehat, dan salah satu pilar utama Indonesia Sehat
2010.
Seiring dengan
cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi
demografi dan
epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan
perubahan gaya hidup
yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung
akan semakin
kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan
kesehatan, perbaikan
pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor
keturunan, tetapi
perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki
andil 30 - 35 %
terhadap derajat kesehatan.
Mengingat dampak dari
perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka
diperlukan berbagai
upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.
Salah satunya melalui
program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Program Perilaku
hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996
oleh Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama Pusat
Promosi Kesehatan.
Sebagai daerah model/laboratoriumnya adalah Kabupaten
Bekasi dan Kabupaten
Tangerang, Provinsi Jawa Barat.
Berbagai kegiatan
telah dilakukan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan
program PHBS, mulai
dari pelatihan petugas pengelola PHBS tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota sampai
dengan Puskesmas, memproduksi dan menyebarkan buku
Panduan Manajemen
Penyuluh Kesehatan Masyarakat tingkat Provinsi, Kabupaten,
dan Puskesmas;
memproduksi dan menyebarkan buku Pedoman Pembinaan
Program PHBS di
tatanan rumah tangga, tatanan tempat umum, tatanan sarana
kesehatan, serta
membuat buku saku PHBS untuk petugas puskesmas.
Hasilnya sampai tahun
2001 tenaga kesehatan yang telah terlatih PHBS tingkat
provinsi 100% (30 provinsi),
76% kabupaten/kota, 71.3% puskesmas. Pencapaian
klasifikasi III dan
IV (1998) 38.89% tatanan rumah tangga, 50% institusi pendidikan,
33.3% tatanan tempat
kerja, 35.3% tatanan tempat umum.
Masalah yang dihadapi
dalam pelaksanaan program PHBS adalah kemitraan/
dukungan lintas
program/lintas sektor rendah, kemampuan teknis petugas rendah,
mutasi petugas
terlatih, alokasi dana terbatas, perubahan struktur organisasi,
Indikator PHBS skala
Nasional, indikator PHBS tatanan, pemetaan tatanan sehat,
pemetaan PHBS
individu.
Altematif pemecahan
adalah melalui kegiatan advokasi kebijakan, koordinasi dan
keterpaduan
manajemen, peningkatan kemampuan teknis pelaksana PHBS,
menetapkan indikator
PHBS individu skala nasional dan pembobotan, menetapkan
indikator PHBS
tatanan, melakukan asistensi, pemetaan tatanan sehat serta PHBS
individu.
Berdasarkan masukan
dari lapangan, salah satu altematif pemecahan masalah yang
perlu segera
dilaksanakan adalah review buku Panduan Manajemen Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat
tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas yang
dikeluarkan tahun
1997, karena buku panduan tersebut sudah tidak cocok lagi
digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan pada era otonomi daerah. Untuk itu perlu
perbaikan mulai dari
pengkajian sampai dengan pemantauan dan penilaian.
Tujuan disusunnya
buku panduan ini untuk memberikan gambaran, arahan, acuan
bagi pengelola
program PHBS, sehingga dapat melaksanakan tugas pekerjaan yang
terkait dengan
pembinaan program PHBS dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat
saling mengisi dan
bekerjasama dalam melaksanakan program pembangunan
kesehatan.
B. PENGERTIAN
1. Perilaku Sehat
Adalah pengetahuan,
sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah
risiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif
dalam Gerakan
Kesehatan Masyarakat.
2. Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah wujud
keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan
PHBS. Dalam hal ini
ada 5 program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan
Lingkungan, Gaya
Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.
3. Program Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka
jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap
dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina
suasana (Social
Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan
demikian masyarakat
dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama
dalam tatanan
masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup
sehat dengan menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
4. Tatanan
Adalah tempat dimana
sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan
lain-lain. Dalam hal
ini ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat
Kerja, Sarana
Kesehatan dan Tempat Tempat Umum.
5. Kabupaten
Sehat/Kota Sehat
Adalah kesatuan
wilayah administrasi pemerintah terdiri dari desa-desa, kelurahan.
kecamatan yang secara
terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk
hidup sehat dengan prasarana wilayah yang memadai, dukungan
kehidupan sosial,
serta perubahan perilaku menuju masyarakat aman, nyaman dan
sehat secara mandiri.
6. Manajemen PHBS
Adalah pengelolaan
PHBS yang dilaksanakan melalui 4 tahap kegiatan. yaitu 1).
Pengkajian, 2).
Perencanaan, 3). penggerakkan pelaksanaan, 4). pemantauan dan
penilaian.
BAB II
MANAJEMEN PROGRAM
PHBS
A. Kerangka Konsep
Untuk mewujudkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap tatanan;
diperlukan
pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian,
perencanaan,
penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan
penilaian. Selanjutnya kembali
lagi ke proses semula. Untuk lebih jelasnya
digambarkan dalam
bagan berikut ini :
Pengkajian
PROMOSI
KESEHATAN
Penindaklanjutan
Selanjutnya dalam
program promosi kesehatan dikenal adanya model pengkajian
dan penindaklanjutan
(precede proceed model) yang diadaptasi dari konsep L W
Green:
Model ini mengkaji
masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya,
serta cara menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah,
memelihara atau
meningkatkan perilaku tersebut kearah yang lebih positif. Proses
pengkajian mengikuti
anak panah dari kanan ke kiri, sedang proses penindaklanjutan
dilakukan dari kiri
ke kanan. Dengan demikian manajemen PHBS adalah penerapan
keempat proses
manajemen pada umumnya ke dalam model pengkajian dan
penindaklanjutan.
?? Kualitas hidup adalah sasaran utama
yang ingin dicapai di bidang
Pembangunan sehingga
kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat sesejahteraan.
Diharapkan semakin
sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. kualitas hidup
Pemantauan
Penilaian
Pengkajian
Perencanaan
Penggerakan
Pelaksanaan
PENYULUHAN
KESEHATAN
?? KEBIJAKAN
??PERATURAN
?? ORGANISASI
FAKTOR
PEMUNGKIN
FAKTOR
PEMUDAH
FAKTOR
PENGUAT
FAKTOR
LINGKUNGAN
DERAJAT
KESEHATAN
FAKTOR
PERILAKU
DAN GAYA
HIDUP
KUALITAS
HIDUP
ini salah satunya
dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat
kesehatan seseorang
maka kualitas hidup juga semakin tinggi.
?? Derajat kesehatan adalah sesuatu yang
ingin dicapai dalam bidang kesehatan,
dengan adanya derajat
kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang
sedang dihadapi. Yang
paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan
seseorang adalah
faktor perilaku dan faktor lingkungan. Contoh seseorang
menderita diare
karena minum air yang tidak dimasak (masalah perilaku),
seseorang menderita
kanker paru padahal orang itu tidak merokok tetapi
kehidupannya tidak
lepas dari lingkungan kerja yang merokok (masalah
lingkungan).
?? Faktor lingkungan adalah faktor fisik,
biologis dan sosial budaya yang
langsung/tidak
mempengaruhi derajat kesehatan.
?? Faktor perilaku dan gaga hidup adalah
suatu faktor yang timbul karena adanva
aksi dan reaksi
seseorang atau organisme terhadap lingk-umgannya. Faktor
perilaku akan terjadi
apabila ada rangsangan, sedangkan gaga hidup merupakan
pola kebiasaan
seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis
pekerjaannya
mengikuti trend yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun
hanya untuk meniru
dari tokoh idolanya. Contoh seseorang yang mengidolakan
aktor atau artis yang
tidak merokok.
Dengan demikian suatu
rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu. Ada 3
faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu
yaitu faktor
pemungkin, faktor pemudah dan faktor penguat.
?? Faktor pemungkin
adalah faktor
pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan
suatu motivasi atau
aspirasi terlaksana. Ternasuk didalamnya keterampilan
petugas kesehatan,
ketersediaan sumber daya dan komitmen masyarakat atau
pemerintah terhadap
kesehatan. Contoh petugas penyuluhan menyarankan agar
masyarakat dapat
mengkonsumsi tempe, karena selain murah juga mengandung
gizi yang tinggi.
Tetapi karena di daerah tersebut tidak ada produsen tempe,
maka hal tersebut
tidak dapat diterapkan.
?? Faktor pemudah adalah faktor pemicu
atau anteseden terhadap perilaku yang
menjadi dasar atau
motivasi bagi perilaku. Misalnya pengetahuan, sikap,
keyakinan dan nilai
yang dimiliki oleh seseorang. Contoh seseorang tidak
merokok karena mereka
yakin bahwa rokok dapat membahayakan kesehatan.
?? Faktor penguat adalah faktor yang
menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan
atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan
perilaku petugas
kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok
yang dipercaya oleh
masyarakat. Contoh petugas kesehatan memberikan
keteladanan dengan
melakukan cuci tangan sebelum makan, atau selalu minum
air yang sudah
dimasak.
Ketiga faktor
penyebab tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor penyuluhan dan
faktor kebijakan.
peraturan serta organisasi. Semua faktor faktor tersebut
merupakan ruang
lingkup promosi kesehatan.
?? Faktor lingkungan adalah segala faktor
bail: fisik. biologis maupun sosial
budaya yang langsung
atau tidak langsung dapat mempengaruhi derajat
kesehatan.
Promosi kesehatan
adalah -proses memandirikan masyarakat agar dal memelihara
dan meningkatkan
kesehatannya (Ottawa Charter 1986).Prom kesehatan lebih
menekankan pada
lingkungan untuk terjadinya perubahan perilaku. Contohnya
masyarakat dihimbau
untuk membuang sampah di tempatnya, selanjutnya diterbitkan
peraturan dilarang
membuang sampah sembarangan. Himbauan dan peraturan tidak
akan berjalan,
apabila tidak diikuti dengan penyediaan fasilitas tempat sampah yang
memadai.
Demikian penjelasan
singkat mengenai precede proceed model yang dikaitkan
dengan program PHBS.
Selanjutnya sebelum melaksanakan langkah-langkah
manajemen PHBS,
terlebih dahulu dilakukan kegiatan persiapan yang meliputi :
1. Persiapan
sumber daya manusia, tujuannya untuk meningkatkan pemahaman
dan komitmen
pengelola program Promkes, bentuk kegiatanya yaitu :
a. Pemantapan program
PHBS bagi pengelola program Promkes (internal)
b. Sosialisasi dan
advokasi kepada para pengambil keputusan
c. Pertemuan lintas
program dan pertemuan lintas sektor
d. Pelatihan PHBS
e. Lokakarya PHBS
f. Pertemuan
koordinasi dengan memanfaatkan forum yang sudah benjalan
baik resmi maupun tidak
resmi.
2. Persiapan
teknis dan administratif, tujuannya untuk mengidentifikasi
kebutuhan sarana baik
jumlah, jenis maupun sumbernya serta dana yang,
diperlukan.
Persiapan
administrasi, dilakukan melalui :
a. Surat menyurat,
membuat surat undangan, dll.
b. Penyediaan ATK,
transportasi, AVA, dana, dll.
c. Pencatatan dan
pelaporan.
d. Pemantauan.
B. Tahap Pengkajian
Tujuan pengkajian
adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan
masalah perilaku yang
berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi
pengkajian PHBS
secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan
pengkajian sumber
daya (dana, sarana dan tenaga)
1. Pengkajian masalah
PHBS secara kuantitatif. Langkah-langkah kegiatan
sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data
Sekunder
Kegiatan ini meliputi
data perilaku dan bukan perilaku yang berkaitan
dengan 5 program
prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan, gaya
hidup, dan JPKM dan
data lainnya sesuai dengan kebutuhan daerah.
Data tersebut dapat
dipefoleh dari Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana
pelayanan kesehatan
lainnya. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif sebagai
informasi pendukung untuk memperkuat permasalahan
PHBS yang ditemukan
di lapangan. Selanjutnya dibuat simpulan hasil
analisis data
sekunder tersebut.
Hasil yang diharapkan
pada tahap pengkajian ini adalah :
??
Teridentifikasinya
masalah perilaku kesehatan di wilayah tertentu
??
Dikembangkannya
pemetaan PHBS pertatanan
??
Teridentifikasinya
masalah lain yang berkaitan (masalah kesehatan,
faktor penyebab
perilaku, masalah pelaksanaan dan sumber daya
penyuluhan, masalah
kebijakan, administrasi, organisasi.
??
Dan
lain-lain.
b. Cara Pengambilan
Sampel PHBS Tatanan Rumah Tangga
Dalam melaksanakan
pengumpulan data perilaku sehat di tatanan
rnunah tangaa secara
keseluruhan terlalu berat untuk dilaksanakan, hal
ini disebabkan karena
keterbatasan dana, waktu dan sumber daya yang
ada. Untuk mengatasi
hal tersebut perlu diambil sampel yang dapat
mewakili populasi.
Metoda Pengambilan
sampel perilaku sehat di tatanan nunah tangga
adalah dengan rapid
survai atau survai cepat (terlampir).
Sedangkan untuk
tatanan lainnya dapat dilakukan keseluruh populasi.
Benkut ini cara
pengambilan sampel tatanan rumah tangga di tingkat
kabupaten/kota.
Untuk menbaukur
masalah PHBS di tatanan rumah tangga, maka jumlah
sampel harus
mencukupi. Perhitungan sampel sederhana yang
direkomendasikan WHO
yaitu :
30 x 7 = 210 rumah
tangga (30 kluster dan 7 rumah tangga per kluster).
Di tingkat
kabupaten/kota kluster dapat disetarakan dengan kelurahan
atau desa. Ada 2
tahapan kluster yang digunakan untuk tatanan rumah
tangga, tahap pertama
dapat dipilih sejumlah kluster (kelurahan /desa),
tahap kedua
ditentukan rumah tangganya.
Langkah-langkah cara
pengambilan sampel tatanan rumah tangga
??Langkah 1 : List kecamatan
yang ada di wilayah Kabupaten
??Langkah 2 : Tulis
jumlah desa yang berada pada masingmasing
kecamatan
??Langkah 3 : Beri
nomor urut desa mulai no 1 sampai terakhir
??Langkah 4 : Hitung
interval desa dengan cara total desa / 30
= X
??Langkah 5 : Tentukan
nomor Muster pertama desa. dengan
mengundi nomor unit
desa. selanj utnya desa
kedua dapat
ditentukan dengan menambahkan
interval. Demikian
seterusnya hingga diperoleh 30
kluster.
??Langkah 6 : Dan desa
yang terpilih diambil secara acak 7
rumah tangga.
c. Analisis dan
Pemetaan PHBS
Berdasarkan hasil
pendataan, data tersebut diolah dan dianalisis dengan
cara manual atau
dengan menggunakan program EPI INFO. Selanjutnya
dapat dibuat pemetaan
nilai IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat) dan
nilai PHBS sehat I,
sehat II. sehat III dan sehat IV. Berdasarkan hasil
pemetaan, diharapkan
semua masalah PHBS dapat diintervensi dengan
tepat dan terarah.
Pemetaan ini berguna
sebagai potret untuk mengetahui permasalahan
yang ada di
masyarakat dan memotivasi pengelola program untuk
meningkatkan
klasifikasi PHBS. Diharapkan masyarakat yang
bersangkutan, lintas
sektor. LSM peduli kesehatan, swasta khususnya
Pemda kabupaten /
kota dan TP PKK mempunyai komitmen untuk
mendukung PHBS.
Berdasarkan kajian
perilaku dan pemetaan wilayah, maka dihasilkan
Pemetaan PHBS,
ditentukan prioritas masalah perilaku kesehatan, dan
ditentukan alternatif
intervensi penyuluhan.
d. Menentukan
Prioritas Masalah
Berdasarkan rumusan
masalah yang ada kemudian dilakukan analisis
yang akan menjadi dasar
pembuatan rencana intervensi. Caranya
dengan memberikan
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan dibawah
ini :
?? Dari masalah yang ada
mana yang dapat dipecahkan dengan mudah
?
?? Mengapa terjadi
demikian ?
?? Bagaimana
penanggulangannya ?
?? Apa-rencana
tindakannya ?
?? Berapa sumber dana
yang tersedia ?
?? Siapa yang
mengerjakan ?
?? Berapa lama
mengerjakannya ?
?? Bagaimanakah jadwal
kegiatan pelaksanaannya ?
Selanjutnya dilakukan
strategi komunikasi PHBS, yang meliputi antara
lain pesan dan media
yang akan dikembangkan, metode apa saja yang
digunakan. pelatihan
yang perlu dilaksanakan dan menginventarisasi
sektor mana saja yang
dapat mendukung PHBS.
2. Pengkajian PHBS
secara kualitatif
Setelah ditentukan
prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan
pengkajian kualitatif
Tujuannya
untuk memperoleh informasi yang lebih
mendalam tentang kebiasaan,
kepercayaan, sikap, norma, budaya
perilaku masyarakat yang tidak
terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS.
Ada dua metoda untuk
melakukan pengkajian PHBS secara kualitatif,
yaitu:
a. Diskusi Kelompok
Terarah (DKT).
b. Wawancara
Perorangan Mendalam (WPM).
Untuk lebih jelasnya
diuraikan sebagai berikut :
a. DISKUSI KELOMPOK
TERARAH (DKT)
Adalah diskusi
informal bersama 6 s/d 10 orang, tujuannya untuk
mengungkapkan
infonnasi yang lebih mendalam tentang masalah
perilaku PHBS.
Dalam DKT :
?? Diperlukan seorang
pemandu yang terampil mendorong orang untuk
saling bicara dan
memperoleh pemahaman tentang perasaan dan
pikiran peserta yang
hadir terhadap masalah tertentu.
?? Melibatkan dan
memberikan kebebasan peserta untuk
mengungkapkan
pendapat dan perasaannya.
?? Memperoleh informasi
tentang nilai-nilai kepercayaan dan perilaku
seseorang yang
mungkin tidak terungkap melalui wawancara biasa.
b. WAWANCARA PERORANGAN
MENDALAM (WPM)
Adalah wawanncara
antara pewancara yang trampil dengan
perorangan selaku
sumber informasi kunci, melalui serangkaian
tanyajavvab (dialog)
yang bersifat terbuka dan mendalam. Dalam
WPM :
?? Pewawancara adalah
seorang yang terampil dalam menggali
informasi secara
mendalam tentang perasaan dan pikiran
tentang masalah
tertentu.
?? Sumber informasi
kunci adalah peserta wawancara yang
dianggap mampu dan
dipandang menguasai informasi tentang
masalah tertentu.
?? Tanya jawab dilakukan
secara terbuka dan mendalam
3. Pengkajian sumber
daya (dana, tenaga dan sarana)
Pengkajian sumber
daya dilakukan mark mendukung pelaksanaan
program PHBS, bentuk
kegiatannya :
a. Kajian tenaga
pelaksana PHBS, secara kuantitas (jumlah) dan
pelatihan yang pernah
diikuti oleh lintas program maupun lintas
sektor.
b. Penjajagan dana
yang tersedia di lintas program dan lintas sektoral
dalam jurnlah dan
sumbernya.
c. Penjajagan jenis
media dan sarana yang dibutuhkan dalam jumlah
dan sumbernya.
C. Tahap Perencanaan.
Penyusunan rencana
kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan tujuan, dan
strategi komunikasi
PHBS Adapun langkah-langkah perencanaan sebagai
berikut:
1. MenentukanTujuan
Berdasarkan kegiatan
pengkaj ian PHB S dapat ditentukan klasifikasi PHBS
wilayah maupun klasifikasi
PHBS tatanan, maka dapat ditentukan masalah
perilaku kesehatan
masyarakat di tiap tatanan dan wilayah. Selanjutnya.
berdasarkan masalah
perilaku kesehatan dan hash pengkajian sumber daya
PKM. ditentukan
tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi masalah PHB S
yang ditemukan.
Contoh hasil
pengkajian PHBS secara kuantitatifditemukan masalah merokok
pada tatanan rumah
tangga, maka ditentukan tujuannya.
Tujuan Umum :
Menurunkan prosentase keluarga yang tidak merokok
selama satu tahun.
Tujuan Khusus : Menunuikan
prosentase tatanan rumah tangga yang
merokok. dari 40%
menjadi 20%.
2. Menentukan jenis
kegiatan intervensi
Setelah ditentukan
tujuan, selanjutnya ditentukan jenis kegiatan Intervensi
yang akan dilakukan.
Caranya adalah dengan mengembangkan berbagai
alternatif
intervensi, kemudian dipilih intervensi mana yang bisa dilakukan.
dengan dikaitkan pada
ketersediaan sumber daya.
Penentuan kegiatan
intervensi terpilih didasarkan pada :
?? Prioritas masalah
PHBS,
yaitu dengan memilih topik penyuluhan yang
sesuai dengan urutan
masalah PHBS.
?? Wilayah garapan, yaitu mengutamakan
wilayah yang mempunyai PHBS
hasil kajian rendah.
?? Penentuan tatanan
yang akan diintervensi , yaitu menentukan tatanan
yang akan digarap,
baik secara menyeluruh atau sebatas pada tatanan
tertentu. Kemudian
secara bertahap dikembangkan ke tatanan lain
?? Penentuan satu jenis
sasaran untuk tiap tatanan, yaitu
mengembangkan PHBS
pada tiap tatanan, tetapi hanya satu jenis
sasaran untuk tiap
tatanan. Misalnya, satu unit tatanan sekolah. satu unit
pasar untuk tatanan
tempat umum, satu unit industri rumah tangga untuk
tatanan tempat kerja.
Rumusan rencana kegiatan intervensi terpilih pada
intinya menipakan
operasionalisasi strategi PHBS, yaitu :
?? Advokasi. kegiatan pendekatan
pada para tokoh / pimpinan vNilavah.
?? Bina Suasana. kegiatan
mempersiapkan kerjasama lintas pro Gram.
limas sektor.
organisasi kemasyarakatan. LSM. dunia usaha. swasta dll.
?? Gerakan masyarakat. kegiatan
mempersiapkan dan menggerakkan
sumber daya. mulai
mempersiapkan petugas. pengadaan media dan
sarana.
Kegiatan ini secara
komprehensif harus ada dalam perencanaan, namun
untuk menentukan
kegiatan apa yang lebih besar daya ungkitnya ditentukan
dari hasil
pengkajian.
?? Contoh, dari hasil
pengkaj ian diperoleh data bahwa masih banyak
keluarga yang
membuang sampah sembarangan. Setelah dilakukan
analisis data
kualitatif melalui FGD ternyata penyebabnya adalah tidak
adanya tempat sampah.
Pada situasi ini kegiatan yang bernuansa bina
suasana akan lebih banyak
porsinya dibanding dengan kegiatan lainnya,
,
?? Contoh lain, dari
hasil pengkaj ian diperoleh data bahwa masih banyak
keluarga yang tidak
memeriksakan kehamilannya. Setelah dilakukari
analisis kualitatif,
diperoleh kesimpulan bahwa mereka tidak mengerti
manfaat pemeriksaan
kehamilan. Kondisi seperti ini kegiatan gerakan
masyarakat akan lebih banyak
dilakukan dibanding kegiatan lainnya.
Serangkaian altematif
lain yang dapat dikembangkan berdasarkan hasil pengkajian
PHBS adalah :
- Rancangan intervensi
penyuluhan massa dan kelompok
Penyuhrhan massa dilakukan dengan
topik umum, yaitu PHBS yang secara
keseluruhan merupakan
masalah di wilayah kerj a tersebut.
Penyuluhan kelompok dilakukan untuk
mengatasi masalah PHBS yang lokal
sifatnya
- Rancangan
intenvensi penyuluhan terpadu lintas program/sektor
Pemetaan wilayah
menghasilkan rumusan masalah PHBS antar wilayah, sehingga
bisa dirancang "
Paket Penyuluhan Terpadu " di vvilayah tersebut Misal : di desa A
terdapat 3 masalah
utama. yaitu JPKM. Air bersih dan KIA/KB . maka dapat
dilakukan penyuluhan
terpadu yang berisi 3 hal tersebut.
Disini petugas
kesehatan berfungsi sebagai penggerak lintas prograpi dan lintas
sektor. untuk
selanjutnya bersama-sama melaksanakan penyuluhan diwilayah
tersebut.
D. Tahap Perencanaan.
1. Advokasi
(Pendekatan pada para pengambil keputusan)
Ditingkat
keluarga/rumah tangga,
strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga/
bapak/suami, ibu, kakek, nenek. Tuiuannya agar para pengambil
keputusan di tingkat
keluarga/nunah tangga dapat meneladani dalam berperilaku
sehat. memberikan
dukungan, kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada
anggota keluarga dan
lingkungan disekitarnya.
Ditingkat petugas,
strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau pengambil
keputusan, seperti
Kepala Puskesmas, pejabat di tingkat kabupaten/kota, yang
secara fungsional
maupun struktural pembina program kesehatan di wilayahnya.
Tujuannya adalah agar
para pimpinan atau pengambil keputusan mengupayakan
kebijakan, program
atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya peraturan
tertulis, dukungan
dana, komitmen, termasuk memberikan keteladanan.
Langkah-langkah
Advokasi
?? Tentukan sasaran yang
akan diadvokasi, baik sasaran primer, sekunder atau
tersier
?? Siapkan informasi
data kesehatan yang menyangkut PHBS di 5 tatanan.
?? Tentukan kesepakatan
dimana dan kapan dilakukan advokasi.
?? Lakukan advokasi
dengan cara yang menarik dengan menggunakan teknik dan
metoda yang tepat.
?? Simpulkan dan
sepakati hasil advokasi.
?? Buat ringkasan
eksekutif dan sebarluaskan kepada sasaran.
2. Mengembangkan
Dukungan Suaana
Di tingkat
keluarga/RT,
strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga/suami/bapaL
ibu. kakek. nenek. dan lain-lain.Tujuannva adalah agar
kelompok ini dapat
mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung
dilaksahakannva PHBS
di lingkungan keluarga. Caranya antara lain melalui anjuran
untuk selalu datang
ke Posyandu mengingatkan anggota keluarga untuk tidak
merokok di dekat ibu
hamil dan balita.
Di tingkat petugas, strategi ini
ditujukan kepada kelompok sasar sekunder, seperti
petugas kesehatan,
kader, lintas sektor, lintas progra Lembaga Swadaya
Masyarakat, yang
peduli kesehatan, para pembuat op dan media masa. Tujuannya
adalah agar kelompok
ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang
mendukung
dilaksanakannya PHBS.
Caranya antara lain melalui
penyuluhan kelompok, lokakarya, semin studi banding,
pelatihan, dsb.
Langkah-langkah
Pengembangan Dukungan Suasana :
?? Menganalisis dan
mendesain metode dan teknik kegiatan dukungan suasana,
seperti :
demonstrasi, pelatihan, sosialisasi, orientasi.
?? Mengupayakan dukungan
pimpinan, program, sektor terkait pada tiap tatanan
dalam bentuk adanya
komitmen, dan dukungan sumber daya.
?? Mengembangkan metoda
dan teknik dan media yang telah diuji coba dan
disempurnakan.
?? Membuat format
penilaian dan menilai hasil kegiatan.
3. Gerakan
Masyarakat.
Di tingkat
keluarga/Rt, strategi ini ditujukan kepada anggota keluar seperti bapak, ibu
yang mempunyai
tanggung jawab sosial untuk lingkungannya dengan cara menjadi
kader posyandu, aktif
di LSM peduli kesehatan dll. Tujuannya agar kelompok sasaran
meningkat
pengetahuannya kesadaran maupun kemampuannya, sehingga dapat
berperilaku sehat
Caranya dengan penyuluhan perorangan. kelompok, membuat
gerak Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat. Ditingkat petugas strateai ini ditujuk kepada
sasaran primer.
meliputi pimpinan puskesmas. kepala din kesehatan, pemuka
masyarakat. Tujuannya
meningkatkan motivasipetuq untuk membantu masyarakat
untuk menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan Caranva antara lain melalui
penyuluhan kelompok,
lokakarya, seminar, studi banding, pelatihan, dll.
Langkah-langkah
kegiatan gerakan masyarakat
1. Peningkatan
pengetahuan masyarakat melalui berbagai kegiat pembinaan.
2. Menganalisis dan
mendisain metode dan teknik kegiatan pemberdaya seperti
pelatihan,
pengembangan media komunikasi untuk penyuluh individu, kelompok
dan massa, lomba,
sarasehan dan lokakarya.
3. Mengupayakan
dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada ti tatanan
dalam bentuk komitmen
dan sumber daya.
4. Mengembanakan
metoda dan teknik dan media yang telah diujicoba d
disempurnakan.
5. Membuat format
pen] laian dan menilai hasil kegiatan bersama-sama deng; lintas
program dan lintas
sektor pada tatanan terkait.
6. Menyusun laporan
serta menyajikannya dalam bentuk tertulis (ringkasan,
eksekutif).
Berdasarkan uraian
tersebut, maka yang perlu dilakukan dalam penggerak;
pelaksanaan adalah
menerapkan AIC, yaitu :
A (Apreciation) :
penghargaan kepada para pelaksana kegiatan.
I (Involvement) :
keterlibatan para pelaksana dalam tugasnya.
C (Commitment) :
kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan, tugasnya.
Hasil yang dicapai
dalam tahap penggerakan pelaksanaan adalah adanya kegiatan
yang dilaksanakan
sesuai rencana, khususnya dalam :
?? Penyuluhan
perorangan, kelompok dan masyarakat
?? Kegiatan pengembangan
kemitraan dengan program dan sektot terkait serta
dunia usaha.
?? Kegiatan pendekatan
kepada pimpinan/pengambil keputusan Kegiatan
pembinaan, bimbingan
dan supervisi.
?? Mengembangkan daerah
kajian atau daerah binaan.
?? Melaksanakan
pelatihan, baik untuk petugas kesehatan, lintas sektor. organisasi
kemasyarakatan dan
kelompok profesi.
?? Mengembangkan pesan
dan media spesifik.
?? Melaksanakan uji coba
media dll.
E. Tahap Pemantauan
dan Penilaian
1. Pemantauan.
Untuk mengetahui
program PHBS telah berjalan dan memberikan hasil atau dampak
seperti yang
diharapkan, maka perlu dilakukan pemantauan.
Waktu pemantauan
dapat dilakukan secara berkala atau pada pertemuan bulanan,
topik bahasannya adalah
kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dikaitkan
dengan jadwal
kegiatan yang telah disepakati bersama. Selanjutnya kendala-kendala
yang muncul perlu
dibahas dan dicari solusinya.
Cara pemantauan dapat
dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan ke
tiap tatanan atau
dengan melihat buku kegiatan/laporan kegiatan intervensi
penyuluhan PHBS.
2. Penilaian
Penilaian dilakukan
dengan menggunakan instrumen yang sudah dirancang sesuai
dengan tujuan yang
ingin dicapai. Penilaian dilaksanakan oleh pengelola PHBS lintas
program dan lintas
sektor. Penilaian PHBS meliputi masukan, proses dan luaran
kegiatan. Misalnya
jumlah tenaga terlatih PHBS media yang telah dikembangkan,
frekuensi dan cakupan
penyuluhan.
Waktu penilaian dapat
dilakukan pada setiap tahun atau setiap dua tahun Caranya
dengan membandingkan
data dasar PHBS dibandingkan dengan data PHBS hasil
evaluasi selanjutnya
menilai kecenderungan masing-masing indikator apakah
mengalami peningkatan
atau penurunan, mengkaji penyebab masalah dan
melakukan
pemecahannya, kemudian merencanakan intervensi berdasarkan data
hasil evaluasi PHBS.
Contoh di Kabupaten Pariaman
data perilaku tidak merokok tahun 2001 menunjukan
44,2% sedangkan tahun
2002 ada peningkatan sebesar 73,6 %
Cara melakukan
penilaian melalui :
?? Pengkajian ulang
tentang PHBS
?? Menganalisis data
PHBS oleh kader/koordinator PHBS
?? Melakukan analisis
laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten/kota (SP2TP)
?? Observasi. wawancara
mendalam. diskusi kelompok terarah kepada petugas,
kader dan keluarga.
Hasil yang dicapai
pada tahap pemantauan dan penilaian adalah :
1. Pelaksanaan
program PHBS sesuai rencana
2. Adanya pembinaan
untuk mencegah terjadinya penyimpangan
3. Adanya upaya jalan
keluar apabila terjadi kemacetan/hambatan
4. Adanya peningkatan
program PHBS
BAB III
INDIKATOR PERILAKU
HIDUP BERSIH dan SEHAT
(PHBS)
A. Pengertian
Indikator
Indikator diperlukan
untuk menilai apakah aktifitas pokok yang dijalankan telah sesuai
dengan rencana dan
menghasilkan dampak yang diharapkan. Dengan demikian
indikator merupakan
suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan atau
kecenderungan keadaan
dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian.
B. Persyaratan
Indikator
Indikator harus
memenuhi persyaratan antara lain :
1. Sahih (solid).
dapat mengukur sesuatu yang sebenarnya dapat diukur oleh
indikator tersebut.
2. Obyektif,
harus memberikan hasil yang sama, walaupun dipakai oleh orang yang
berbeda dan pada
waktu yang berbeda.
3. Sensitif,
dapat mengukur perubahan sekecil apapun.
4. Spesifik,
dapat mengukur perubahan situasi dimaksud.
C. Sifat indikator
1. Tunggal (indikator
tunggal) yang isinya terdiri dari satu indikator. Misal : Angka
Kematian Bayi (AKB).
2. Jamak (indikator
komposit). yang merupakan gabungan dari beberapa indikator.
Misal : Indek Mutu
Hidup (IMH) yang merupakan gabungan dari 3 indikator. yaitu
melek huruf. Angka
Kematian Bayi (AKB) dan angka harapan hidup anak usia 1
tahun.
D. Jenis-jenis
indikator
Jenis indikator ada
3, yaitu indikator input, indikator proses dan indikator
output/outcome.
Apabila diuraikan sebagai berikut :
Indikator Input
Yaitu indikator yang
berkaitan dengan penunjang pelaksanaan program dan turut
menentukan
keberhasilan program.
Seperti : tersedia
air bersih, tersedia jamban yang bersih, tersedia tempat sampah,dll.
Indikator Proses
Yaitu indikator yang
menggambarkan bagaimana proses kegiatan/program berjalan
atau tidak.
Seperti: terpelihara
tempat penampungan air, tersedia alat pembersih jamban,
digunakan dan
dipeliharanya tempat sampah dan lain-lain.
Indikator output/outcome
Yaitu indikator yang
menggambarkan bagaimana hasil output suatu program
kegiatan telah
berjalan atau tidak.
Seperti :
Digunakannya air bersih, digunakannya jamban, di halaman dan di dalam
ruangan dalam keadaan
bersih dll.
Ukuran-ukuran yang sering
digunakan sebagai indikator adalah angka absolut,
rasio, proporsi,
angka/tingkat. Yang
perlu diingat suatu indikator tidak selalu
menjelaskan keadaan
secara keseluruhan, tetapi kadang-kadang hanya memberi
petunjuk (indikasi)
tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan
(proxy).
E. Indikator Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Mengacu pada
pengertian perilaku sehat, indikator ditetapkan berdasarkan area /
w-ilayah
1. Indikator Nasional
Ditetapkan 3
indikator, yaitu:
a. Persentase penduduk
tidak merokok.
b. Persentase
penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan.
c. Persentase
penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga.
Alasan dipilihnya ke
tiga indikator tersebut berdasarkan issue global dan regional
(Mega Country Health
Promotion Network. Healthy Asean Life Styles), seperti
merokok telah menj
adi issue global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti
jantung,
kankerparu-paru juga disinyalir menjadi entry point untuk narkoba.
Pola makan yang buruk
akan berakibat buruk pada semua golongan umur, bila
terjadi pada usia
balita akan menj adikan generasi yang lemah/generasi yang hilang
dikemudian hari.
Demikian juga bila terjadi pada ibu hamil akan melahirkan bayi yang
kurang sehat, bagi
usia produktif akan mengakibatkan produktifitas menurun.Kurang
aktifitas fisik dan
olah raga mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila
berlangsung lama akan
menyebabkan berbagal penyakit, seperti jantung, paru-paru,
dan lain-lain.
2. Indikator Lokal
Spesifik
Yaitu indikator
nasional ditambah indikator lokal spesifik masingmasing daerah
sesuai dengan situasi
dan kondisi daerah.
Ada 16 indikator yang dapat digunakan
uttuk rnengukur perilaku sehat sebagai
berikut :
1. lbu hamil
memeriksakan kehamilannya.
2. Ibu melahirkan
ditolong oleh tenaga kesehatan.
3. Pasangan usia
subur (PUS ) memakai alat KB.
4. Balita ditimbang.
5. Penduduk sarapan
pagi sebelum melakukan aktifitas.
6. Bayi di imunisasi
lengkap.
7. Penduduk minum air
bersih yang masak.
8. Penduduk
mengaiuiakan jamban sehat.
9. Penduduk mencuci
tangan pakai sabun.
10. Penduduk
menggosok gigi sebelum tidur.
11. Penduduk tidak
menggunakan napza.
12. Penduduk
mempunyai Askes/ tabungan/ uang/ emas.
13 . Penduduk wamta
memeriksakan kesehatan secara berkala den, SADARI
(Pemeriksaan Payudara
Sendiri).
14. Penduduk
memeriksakan kesehatan secara berkala un mengukur hipertensi.
15. Penduduk wanita
memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear.
16. Perilaku seksual
dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah
kesehatan yang ada
didaerah.
3. Indikator PHBS di
tiap tatanan
Indikator tatanan
sehat terdiri dari indikator perilaku dan indik, lingkungan di
lima
tatanan, yaitu
tatanan rumah tangga, tatanan terr kerja, tatanan tempat umum,
tatanan Sekolah,
tatanan sarana kesehatan.
1. Indikator tatanan
rumah tangga :
a. Perilaku :
1. Tidak merokok
2. Pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan
3. Imunisasi
4. Penimbangan balita
5. Gizi
Keluarga/sarapan
6. Kepesertaan
Askes/JPKM
7. Mencuci tangan
pakai sabun
8. Menggosok gigi sebelum
tidur
9. Olah Raga teratur
b. Lingkungan :
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3 . Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ventilasi
6. Kepadatan
7. Lantai
2. Indikator tatanan
tempat kerja :
a. Perilaku
1. Menggunakan alat
pelindung
2. Tidak merokok/ada
kebijakan dilarang merokok
3 . Olah Raga teratur
4. Bebas Napza
5. Kebersihan
6. Ada Asuransi
Kesehatan
b. Lingkungan
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ventilasi
6. Pencahavaan
7. Ada K3 (Kesehatan
Keselamatan Kerja)
8. Ada kantin
9. Terbebas dari
bahan berbahaya
10. Ada klinik
3. Indikator tatanan
tempat umum
a. Perilaku
1. Kebersihan jamban
2 . Kebersihan
lingkungan
b. Lingkungan
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3 . Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ada K3 (Kesehatan
Keselamatan Kerja)
4. Indikator Tatanan
Sekolah :
a. Perilaku
1. Kebersihan pribadi
2. Tidak merokok
3. Olah raga teratur
4.
TidakmenggunakanNAPZA
b. Lingkungan
I. Ada jamban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ventilasi
6. Kepadatan
7. Ada warung sehat
8. Ada UKS
9. Ada taman sekolah
5. Indikator tatanan
sarana kesehatan
a. Perilaku
I. Tidak merokok
2. Kebersihan
lingkungan
3. Kebersihan kamar
mandi
b. Lingkungan
1. Ada j amban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ada IPAL (RS)
6. Ventilasi
7. Tempat cuci tangan
8. Ada pencegahan
serangga
F. Cara memperoleh
data PHBS
Ada beberapa
indikator perilaku sehat yang dapat diperoleh dengan cara
1. Menggunakan sumber
data yang sudah tersedia seperti
?? SUSENAS (Survai
Sosial Ekonomi Nasional)
?? SDKI (Survai
Demografi dan Kesehatan Indonesia)
?? SAKERTI (Survai
Kehidupan Rumah Tangga Indonesia)
?? SURKESNAS (Survai
Kesehatan Nasional)
?? SEM (Studi Evaluasi
Manfaat), dll.
Sampel data tersebut
di ambil sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota saja. Oleh
karena itu, daerah
dapat mengembangkan survai cepat PHBS dari tingkat
kabupaten/kota sampai
tingkat desa dengan metode sampel WHO yaitu 210
KK/kabupaten/kota,
sehingga tingkat akurasi dan penajaman permasalahan dapat
diperoleh.
2. Mengembangkan
survai khusus, apabila ingin memperoleh data yang khusus
seperti survai PBHS
balk kuantitatif maupun kualitatif sesuai perilaku lainnya.
3. Menggunakan
laporan yang sudah ada.
BAB IV
PENUTUP
1. Panduan Manajemen
PHBS menuju Kabupaten/Kota sehat disusun berdasarkan
antara lain adanya
perkembangan indikator dan cara pengambilan sampel. Oleh
karena itu dalam
pelaksanaan di lapangan, panduan ini dapat disesuaikan dan
dikembangkan
berdasarkan permasalahan dan keadaan daerah.
2. Selanjutnya para
pengguna panduan ini diharapkan mempunyai pemahaman
yang mendalam,
motivasi yang kuat, dan kreativitas yang tinggi untuk
mempraktekkan program
PHBS di lapangan.
3. Dengan demikian
program PHBS dapat berjalan secara efektif dan efisien serta
diperlukan adanya
dukungan positif dari semua pihak.
4. Selain itu,
kebijakan Pusat Promosi Kesehatan saat ini baru melaksanakan
program PHBS di
tatanan rumah tangga yang secara bertahap akan
dikembangkan pada
tatanan lain. Daerah dapat mengembangkan sendiri untuk
melaksanakan program
PHBS pada tatanan lain sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
5. Selamat bekerja,
semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang
senantiasa memberikan
kekuatan, petunjuk dan perlindunganNya kepada kita
semua dalam
menjalankan tugas untuk membangun masyarakat Indonesia yang
sehat
rohani dan jasmani. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar