I. PEMAKAIAN HURUF
A.
Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri
atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
Huruf
|
Nama
|
|
Kapital
|
Kecil
|
|
A
B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z |
a
b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z |
a
be ce de e ef ge ha i je ka el em en o pe ki er es te u ve we eks ye zet |
B.
Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri
atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf
Vokal |
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi
Awal
|
Posisi
Tengah
|
Posisi
Akhir
|
|
a
e* i o u |
api
enak emas itu oleh ulang |
padi
petak kena simpan kota bumi |
lusa
sore tipe murni radio ibu |
Keterangan:
*
|
Untuk keperluan pelafalan kata
yang benar, tanda aksen (') dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan
keraguan.
|
Misalnya:
|
|
Anak-anak bermain di teras
(téras).
|
|
Upacara itu dihadiri pejabat teras
Bank Indonesia.
|
|
Kami menonton film seri
(séri).
|
|
Pertandingan itu berakhir seri.
|
|
Di mana kécap itu dibuat?
|
|
Coba kecap dulu makanan
itu.
|
C.
Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia
terdiri atas huruf huruf b, c, d, f, g, h,
j, k, l, m, n, p, q, r,
s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf
Konsonan |
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi
Awal
|
Posisi
Tengah
|
Posisi
Akhir
|
|
b
c d f g h j k l m n p q** r s t v w x** y z |
bahasa
cakap dua fakir guna hari jalan kami - lekas maka nama pasang Quran raih sampai tali varia wanita xerox yakin zeni |
sebut
kaca ada kafan tiga saham manja paksa rakyat* alas kami tanah apa status quo bara asli mata lava hawa - payung lazim |
adab
- Abad maaf gudeg tuah mikraj politik bapak* akal diam daun siap Taufiq putar tangkas rapat - - sinar-x - juz |
Keterangan:
*
|
Huruf k melambangkan bunyi
hamzah.
|
**
|
Huruf q dan x khusus
dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan
keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar x).
|
D.
Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan
dengan ai, au, dan oi.
Huruf
Diftong |
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi
Awal
|
Posisi
Tengah
|
Posisi
Akhir
|
|
ai
au oi |
ain
aula - |
malaikat
saudara boikot |
pandai
harimau amboi |
E.
Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan
sy masing masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf Konsonan |
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
|
Posisi
Awal
|
Posisi
Tengah
Posisi
Akhir
|
|
kh
ng ny sy |
khusus
ngilu nyata syarat |
akhir
bangun banyak isyarat
tarikh
senang - arasy |
Catatan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis
sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada
pertimbangan khusus.
F.
Huruf Kapital
1.
|
Huruf kapital atau huruf besar
dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
|
||||||||
Misalnya:
Pekerjaan
itu akan selesai dalam satu jam.
|
|||||||||
2.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama petikan langsung.
|
||||||||
Misalnya:
"Besok pagi," kata Ibu, "dia akan
berangkat."
|
|||||||||
3.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab
suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
|
||||||||
Misalnya:
|
|
|||
4.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti
nama orang.
|
|
Misalnya:
Nabi
Ibrahim
|
|||
5.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau
nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.
|
|
Misalnya:
Gubernur
Jawa Tengah
|
|||
6.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur unsur nama orang.
|
|
Misalnya:
Halim Perdanakusumah
Ampere
|
b.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau
satuan ukuran.
|
|||||||
Misalnya:
|
||||||||
7.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
|
||||||
Misalnya:
bangsa Eskimo
|
||||||||
8.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
|
||||||
Misalnya:
|
||||||||
b.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.
|
Misalnya:
Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
|
||||||||||||||
9.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.
|
||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||
b.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.
|
|||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||
c.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya
menggambarkan kekhasan budaya.
|
|||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||
10.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti
dan, oleh, atau, dan untuk.
|
||||||||||||
Misalnya:
|
Republik Indonesia
|
||
G.
Huruf Miring
1.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
|
Misalnya:
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
|
|
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum
diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf
miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
|
|
2.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok
kata.
|
Misalnya:
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
|
3.
|
a.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
|
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
|
||
b.
|
Ungkapan asing yang telah diserap
ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
|
|
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
|
||
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang
akan dicetak miring digarisbawahi.
|
H.
Huruf Tebal
1.
|
Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar
lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Huruf tebal tidak dipakai dalam
cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Saya tidak mengambil bukumu.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
Seharusnya ditulis dengan huruf
miring:
Saya tidak mengambil bukumu.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Huruf tebal dalam cetakan kamus
dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang
bilangan yang menyatakan polisemi.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
kalah v 1
tidak menang ...; 2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus
...; 4 tidak menyamai
mengalah
v mengaku kalah
|
|
mengalahkan
v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3
menganggap kalah ...
terkalahkan
v dapat dikalahkan ...
|
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata
yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.
|
II. PENULISAN KATA
A.
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu
sangat menarik.
Ibu sangat
mengharapkan keberhasilanmu.
B.
Kata Turunan
1.
|
a.
|
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
|
Misalnya:
berjalan
dipermainkan
gemetar
|
||
b.
|
Imbuhan dirangkaikan dengan tanda
hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan
bahasa Indonesia.
|
|
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-upgrade
|
||
2.
|
Jika bentuk dasarnya berupa
gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya
|
|
Misalnya:
bertepuk
tangan
|
||
3.
|
Jika bentuk dasar yang berupa
gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu
ditulis serangkai.
|
|
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
|
||
4.
|
Jika salah satu unsur gabungan
kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
|
|
ditulis serangkai.
|
||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Catatan:
|
|||||||||||||||||||||||||||
C. Bentuk Ulang
1.
|
Bentuk ulang ditulis dengan
menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
|
Misalnya:
|
|||||||
2.
|
Awalan dan akhiran ditulis serangkai
dengan bentuk ulang.
|
||||||
Misalnya:
kekanak-kanakan
|
|||||||
Catatan:
Angka 2 dapat digunakan dalam
penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan
catatan rapat atau kuliah.
|
Misalnya:
Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2
baru.
|
D. Gabungan Kata
1.
|
Unsur unsur gabungan kata yang
lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
|
||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||
2.
|
Gabungan kata yang dapat
menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda
hubung di antara unsur unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang
|
bersangkutan.
|
||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
Gabungan kata yang dirasakan sudah
padu benar ditulis serangkai.
|
||||||||||
Misalnya:
|
E. Suku Kata
1.
|
Pemenggalan kata pada kata dasar
dilakukan sebagai berikut.
|
|
a.
|
Jika di tengah kata ada huruf
vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal
itu.
|
|
Misalnya:
bu-ah
|
||
b.
|
Huruf diftong ai, au,
dan oi tidak dipenggal.
|
|
Misalnya:
pan-dai
au-la
|
||
c.
|
Jika di tengah kata dasar ada
huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf
vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
|
|
Misalnya:
ba-pak
la-wan
|
||
d.
|
Jika di tengah kata dasar ada dua
huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf
konsonan itu.
|
Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
|
||||||||||||||||
e.
|
Jika di tengah kata dasar ada tiga
huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi,
pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf
konsonan yang kedua.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
ben-trok
in-stru-men
|
||||||||||||||||
Catatan:
|
||||||||||||||||
2.
|
Pemenggalan kata dengan awalan,
akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel
itu.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
ber-jalan,me-rasa-kan
|
||||||||||||||||
Catatan:
|
|
||||||||||||||||
3.
|
Jika sebuah kata terdiri atas dua
unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur
lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur
gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar
|
|||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
4.
|
Nama orang, badan hukum, atau nama
diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris
di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur nama yang berupa
singkatan tidak dipisahkan.
|
F. Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,
seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Di mana dia sekarang?
G. Partikel
1.
|
Partikel lah, kah,
dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
|
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
|
|
2.
|
Partikel pun ditulis
terpisah dari kata yang mendahuluinya.
|
Misalnya:
Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya
dengan bijaksana.
|
|
Catatan:
Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
|
|
Misalnya:
Adapun sebab
sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun
juga, tugas itu akan diselesaikannya.
|
|
3.
|
Partikel per yang berarti
‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
|
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
|
|
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1
Januari.
|
Catatan:
Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis
dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. (Lihat Bab II, Huruf I,
Butir 7.)
|
H. Singkatan dan Akronim
1.
|
Singkatan ialah bentuk singkat
yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
|
||||||||
a.
|
Singkatan nama orang, nama gelar,
sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang
tiap-tiap singkatan itu.
|
||||||||
Misalnya:
|
|||||||||
b.
|
Singkatan nama resmi lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
dan tidak diikuti dengan tanda titik.
|
||||||||
Misalnya:
|
|||||||||
c.
|
1)
|
Singkatan kata yang berupa
gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
|
|||||||
Misalnya:
|
|||||||||
2)
|
Singkatan gabungan kata yang
terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
|
||||||||
Misalnya:
|
|
|||||||
Catatan:
Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus,
seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.
|
|||||||
d.
|
Singkatan gabungan kata yang
terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing
diikuti oleh tanda titik.
|
||||||
Misalnya:
|
|||||||
e.
|
Lambang kimia, singkatan satuan
ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.
|
||||||
Misalnya:
|
|||||||
2.
|
Akronim ialah singkatan dari dua kata
atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
|
||||||
a.
|
Akronim nama diri yang berupa
gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.
|
||||||
Misalnya:
|
|||||||
b.
|
Akronim nama diri yang berupa
singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital.
|
||||||
Misalnya:
|
|||||||
c.
|
Akronim bukan nama diri yang
berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.
|
||||||
Misalnya:
|
|
|
|
||||||||
Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya
diperhatikan syarat-syarat berikut.
|
I. Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka
dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan
angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab
|
:
|
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
|
Angka Romawi
|
:
|
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII,
IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
|
1.
|
Bilangan dalam teks yang dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika
bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.
|
Misalnya:
Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang
setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan
suara.
|
|
2.
|
Bilangan pada awal kalimat ditulis
dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan
yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
|
Misalnya:
Lima puluh
siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta.
|
|
Bukan:
250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
|
|
3.
|
Angka yang menunjukkan bilangan
utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
|
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar
rupiah.
|
|
4.
|
Angka digunakan untuk menyatakan
(a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang;
dan (d) jumlah.
|
Misalnya:
Catatan:
|
|||||||||
III. PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1.
|
Tanda titik dipakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
|
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
|
|
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur
akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
|
|
Misalnya:
Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
|
|
2.
|
Tanda titik dipakai di belakang
angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
|
5.
|
|
6.
|
Tanda titik dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
|
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
|
B. Tanda Koma (,)
1.
|
Tanda koma dipakai di antara unsur
unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
|
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
|
|
2.
|
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan,
dan kecuali. Misalnya:
|
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang
memilihnya.
Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
|
|
3.
|
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului
induk kalimatnya.
|
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
|
|
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
|
|
4.
|
Tanda koma dipakai di belakang
kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat,
seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipun begitu.
|
Misalnya:
|
Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia
memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
|
|
C. Tanda Titik Koma (;)
1.
|
Tanda titik koma dipakai sebagai
pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
kalimat majemuk setara.
|
||||||||
Misalnya:
Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang
baru dibeli ayahnya.
|
|||||||||
2.
|
Tanda titik koma digunakan untuk
mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok
kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan
kata dan.
|
||||||||
Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga
ini:
|
|||||||||
3.
|
Tanda titik koma digunakan untuk
memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian
itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
|
||||||||
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan lain-lain
|
D. Tanda Titik Dua (:)
1.
|
Tanda titik dua dipakai pada akhir
suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
|
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi,
meja, dan lemari.
|
|
4.
|
Tanda titik dua dipakai di antara
(a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c)
judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku
acuan dalam karangan.
|
Misalnya:
Horison,
XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
|
E. Tanda Hubung (-)
1.
|
Tanda hubung menyambung suku-suku
kata yang terpisah oleh pergantian baris.
|
Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan juga ca-
ra
baru ....
|
|
2.
|
Tanda hubung menyambung awalan
dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang
mendahuluinya pada pergantian baris.
|
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur
panas.
|
|
3.
|
Tanda hubung digunakan untuk
menyambung unsur-unsur kata ulang.
|
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
|
F. Tanda Pisah (–)
1.
|
Tanda pisah dipakai untuk
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
utama kalimat.
|
Misalnya:
Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau
berusaha keras.
|
|
2.
|
Tanda pisah dipakai untuk
menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
|
Misalnya:
Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini
juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah
Pemuda–harus terus ditingkatkan.
|
|
3.
|
Tanda pisah dipakai di antara dua
bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
|
Misalnya:
Tahun 1928–2008
Tanggal 5–10 April 2008
Jakarta–Bandung
|
|
G. Tanda Tanya (?)
1.
|
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat
tanya.
|
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
|
|
2.
|
Tanda tanya dipakai di dalam tanda
kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang
dapat dibuktikan kebenarannya.
|
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
|
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
I. Tanda Elipsis (...)
1.
|
Tanda elipsis dipakai dalam
kalimat yang terputus-putus.
|
Misalnya:
Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya
akan segera kami lakukan.
|
J. Tanda Petik (" ")
1.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis
lain.
|
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah
bahasa Indonesia. "
Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. "
|
|
2.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit
judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
|
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku
itu.
Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap
Bahasa Indonesia"
|
|
3.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
|
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan
ralat" saja.
Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal
dengan nama "cutbrai".
|
|
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
1.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
|
||||||
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
|
|||||||
2.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing (Lihat
pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)
|
||||||
Misalnya:
|
L. Tanda Kurung (( ))
1.
|
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
|
Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
|
|
2.
|
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
|
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama
tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
|
|
3.
|
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
|
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi kokain(a).
|
|
4.
|
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.
|
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b)
biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
|
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
|
|
M.
Tanda Kurung Siku ([ ])
1.
|
Tanda kurung siku dipakai untuk
mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan
bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
|
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
|
|
2.
|
Tanda kurung siku dipakai untuk
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
|
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di
dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
|
N.
Tanda Garis Miring (/)
1.
|
Tanda garis miring dipakai di
dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
|
||||||
Misalnya:
No. 7/PK/2008
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2008/2009
|
|||||||
2.
|
Tanda garis miring dipakai sebagai
pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
|
||||||
Misalnya:
|
|||||||
O.
Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Dia 'kan
sudah kusurati.
|
('kan = bukan)
|
IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa
Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun
dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan
Inggris. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah
sebagai berikut.
a (ain Arab dengan a) menjadi 'a
'asr
|
asar
|
sa'ah
|
saat
|
manfa'ah
|
manfaat
|
' aa (Belanda) menjadi a
paal
|
pal
|
baal
|
bal
|
octaaf
|
oktaf
|
Catatan:
1.
|
Unsur serapan yang sudah lazim
dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak perlu lagi diubah.
|
Misalnya:
bengkel,
kabar, nalar, paham, perlu, sirsak
|
|
2.
|
Sekalipun dalam ejaan yang
disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad
bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan
menurut kaidah yang dipaparkan di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam
penggunaan tertentu saja, seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
|
Di samping pegangan untuk penulisan
unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini didaftarkan juga akhiran-akhiran
asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai
bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi
diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
Misalnya:
-aat (Belanda) menjadi -at
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar